Riwayat mengenai Imam Ahmad Marzuki dan kitab Aqidatul Awam terdapat dalam muqadimah kitab Hadzihi Mandhumah Aqidatul Awam Lil Imam Ahmad Marzuki Al Maliki RA yang merupakan terjemahan kitab Aqidatul Awam oleh Syaikh Muhyiddin Abdul Qadir Al Manafi radhiallahu’anhu. Imam Ahmad Marzuki radhiallahu’anhu adalah keturunan Rasulullah SAW dari jalur Imam Hasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu’anhu. Nama panggilannya adalah Abu Alfauzi. Ayahnya bernama Sayyid Muhammad bin Ramadhan Mansyur bin Muhammad Al Marzuki Al Maliki Al Hasani radhiallahu’anhu. Imam Ahmad dilahirkan di Mesir pada tahun 1305 H dan kemudian hijrah ke Makkah. Di Makkah, Imam Ahmad diangkat menjadi Mufti Maliki Haramain menggantikan Mufti sebelumnya, yaitu Imam Muhammad radhiallahu’anhu yang wafat pada tahun 1361 H. Selain sebagai ulama yang luhur keilmuannya, Imam Ahmad juga merupakan seorang pujangga diantara para ulama yang pandai merangkai syair-syair.
Riwayat mengenai kitab Aqidatul Awam terdapat dalam muqadimah kitab Hadzihi Mandhumah Aqidatul Awam Lil Imam Ahmad Marzuki Al Maliki RA yang merupakan terjemahan kitab Aqidatul Awam oleh Syaikh Muhyiddin Abdul Qadir Al Manafi radhiallahu’anhu. Dalam muqadimahnya disebutkan bahwa pada malam Jum’at ketika waktu sahur, tanggal 6 Rajab 1258 H, Imam Ahmad bermimpi didatangi Rasulullah SAW yang dikelililngi oleh para shahabatnya yang mulia. Rasulullah SAW berkata kepada Imam Ahmad, “Bacakanlah nadhoman Tauhid, barangsiapa yang menghafalnya pasti masuk surga, serta akan mendapatkan kemuliaan yang sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunnah.” Kemudian Imam Ahmad bertanya, “Nadhoman yang mana wahai Rasulullah SAW?” Para shahabat yang mulia berkata, “Dengarkan saja apa yang diucapkan Rasulullah SAW.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Bacakanlah, “Abda-u Bismillahi Warrahmaani, Wabirrahiimi Daa-imil Ihsaani”, hingga bait “Washuhuful Khaliili Wal Kaliimi, Fiihaa Kalaamul Hakamil ‘Aliimi”, yaitu bait ke-26.” Kemudian Imam Ahmad mengucapkan apa yang dikatakan Rasulullah SAW, ketika Imam Ahmad membacakannya, tiba-tiba Imam Ahmad terbangun dari tidurnya. Lantas Imam Ahmad mengulangi lagi apa yang diajarkan Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga, dan Imam Ahmad telah mampu menghafalnya berikut makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Selang beberapa waktu setelah peristiwa itu, tepatnya pada malam Jum’at, tanggal 28 Sya’ban 1258 H, Imam Ahmad kembali didatangi Rasulullah SAW dan shahabatnya dalam mimpinya. Rasulullah SAW kemudian memerintahkan Imam Ahmad agar membacakan apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW dalam mimpinya terdahulu. Kemudian Imam Ahmad membacakannya dengan sempurna, dan pada tiap baitnya, para shahabat Rasulullah SAW yang mulia mengamininya. Setelah selesai, Rasulullah SAW kemudian mendo’akan Imam Ahmad, “Semoga Allah memberi pertolongan kepadamu dalam menjalankan apa-apa yang diridhai-Nya, dan menerima engkau dengan nadhoman ini. Dan semoga Allah memberkahi engkau dan segenap kaum Muslimin, dan semoga nadhoman ini bisa bermanfaat kepada seluruh hamba-hamba-Nya.”
Kemudian Imam Ahmad bangun dari mimpinya yang agung itu dan memberitahukan kepada manusia tentang nadhoman yang diijazahkan langsung Rasulullah SAW. Maka orang-orang pun meminta ijazah nadhoman tersebut kepada Imam Ahmad dan meminta Imam Ahmad agar menambahkan nadhoman tersebut. Atas dasar permintaan kaum Muslimin dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW, maka Imam Ahmad menambahkan 31 bait dalam nadhom tersebut. Imam Ahmad menambahkannya dari mulai bait “Wakullumaa Ataabihir Rasuulu, Fahaqquhut Tasliimu Wal Qabuulu” hingga selesai. Imam Ahmad menamai nadhoman tersebut dengan nama Aqidatul Awam, yaitu Aqidah bagi orang awam, yang mana dalam nadhom tersebut disebutkan perkara-perkara yang wajib diketahui dan diimani oleh segenap Mukallaf. Kitab ini tetap lestari hingga sekarang dan dibaca serta dihafal oleh jutaan kaum Muslimin di penjuru dunia.
Ulama besar kelahiran Banten yang menjadi Imam Masjidil Haram di Makkah, yaitu Arifbillah Syaikh Nawawi Al Bantani radhiallahu’anhu dalam kitabnya yang berjudul Nurudz Dzalam berkata, “Penting untuk mempelajari Aqidatul Awam karena setiap Mukallaf wajib mengetahui sifat-sifat Allah (yang mana terdapat dalam Aqidatul Awam), dengan mengetahui sifat Allah, maka dia akan mengenal dirinya sendiri, begitu juga sebaliknya. Jika sudah mengenal Allah, maka dia akan senantiasa taat dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.”
Sumber :
- 1. Kitab Hadzihi Mandhumah Aqidatul Awam Lil Imam Ahmad Marzuki Al Maliki RA, oleh Syaikh Muhyiddin Abdul Qadir Al Manafi (pimpinan Ma’had Asy Syifa Al Mahmudiyyah, Bandung-Sumedang)
extra : islam tradisional